Pijat
memang terbukti mampu meregangkan otot yang kaku dan menyegarkan tubuh.
Makanya suamiku setiap malam minggu mendatangkan tukang pijat
langgannya kerumahku. Namun setelah mengenal Pak Jono, semua menjadi
berubah. Tidak suamiku saja yang tambah segar akan service Pak Jono, aku
pun menuai kepuasan tiada tara dengan kehadiran dia di rumahku. Hinggaperselingkuhan itu pun terjadi. Berikut cerita panas dari kisah pribadiku yang lebih
lengkap.
Aku
adalah seorang isteri dari seorang karyawan swasta. Aku punya anak dua.
Yang kedua kelas satu. Aku sering nungguin anakku yang kedua di
sekolahnya, terutama waktu olah raga.
Guru
olah raga anakku bernama Pak Jono. Ia suka sekali bercanda dan
berhumor. Tubuhnya tinggi, kurang lebih 175 cm dan berbadan besar dan
kekar. Warna kulit agak hitam. Ia baru saja bercerai dengan isteri 4
bulan yang lalu. Jadi ia seorang duda. Selain ia guru olah raga, ia pun
pintar memijat. Banyak guru lain minta dipijet olehnya.
Ketika
olah raga seperti biasanya ia memakai celana training. Sambil menunggu
anakku aku memperhatikan ia yang sedang olah raga bersama murid-murid
kelas dua. Begitu aku memperhatikan diantara selangkangannya aku lihat
tonjolan yang memanjang dan besar. Aku berkata dalam hatiku, wuh panjang
dan besar sekali barangnya.
Suamiku hobi dipijat. Tukang pijat langganannya selama ini adalah pemijat tunanetra.
“Guru olah di sekolah anak kita pintar memijat, ngerti urat lagi katanya. Coba saja mas!” kubilangi suamiku.
“Boleh juga kita panggil ke sini malam minggu depan. Mau enggak dia ngurut malam-malam?”
“Enggak tahu ya .. Coba aku tanyakan besok ya.”
Keesokan harinya aku pergi ke sekolahan dan bertemu dengan Pak Jono.
“Pak, mau enggak mijetin suami saya?” tanyaku. “Tapi kalo bisa malam hari, Pak.”
“Boleh juga asalkan ongkosnya mahal,” katanya sambil bercanda.
Setelah suamiku pulang kantor sambil makan malam aku ceritakan padanya bahwa Pak Jono mau.
“Boleh panggil ke sini tapi malam sekitar jam 22.00,” kata suamiku.
Sampai
waktu yang ditentukan Pak Jono datang ke rumahku. Ia ngobrol dengan
suamiku sambil bercanda sehingga baru saja kenal suamiku merasa akrab
dengannya. Aku duduk di dekat suamiku menemaninya. Kemudian suamiku
menyuruhku merapikan kamar depan dekat ruang tamu.
Mulailah
suamiku dipijet oleh Pak Jono sambil ngobrol ngalor-ngidul. Pak Jono
banyak ngebanyol karena memang ia hobi bercanda. Aku nonton TV sambil
tiduran di sofa ruang tamu ngedengerin obrolan Pak Jono dan suamiku.
Suamiku mulai bercerita agak serius dengan suara pelan-pelan.
“Aku
ini tidak kuat dalam dalam hubungan seksual. Kenapa, ya? Jadinya
isteriku suka marah-marah kalau hubungan intim. Kalau Pak Jono bagaimana
dengan isteri Anda?”
“Saya
sekarang duda sudah 4 bulan. Kalau dulu sebelum cerai saya kebalikan
bapak. Ia kewalahan dengan kemampuan saya sampai ia minta cerai.”
“Wah, hebat kamu ini, Pak.”
Pak Jono yang biasanya suka bercanda mulai berbicara serius.
“Mungkin
Bapak terlalu lelah, atau mungkin punya Bapak terlalu kecil dan pendek.
Bapak urut yang membesarkan dan memanjangkan saja. Saya hanya bisa
mengeraskan saja. Kalau memanjangkan dan membesarkan aku tidak bisa,”
katanya pada suamiku.
“Wah, tukang urut yang memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong,” kata suamiku.
“Ada yang bener, Pak. Ada teman saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi,” kata Pak Jono berusaha meyakinkan.
“Pak Jono pernah nyoba enggak?” tanya suamiku selanjutnya.
“Saya
tidak perlu karena punya saya sudah sangat panjang dan besar.
Panjangnya 19 cm dan besarnya 4,5 inch,” jawab Pak Jono sambil tertawa.
“Kalau punya bapak berapa?”
“Punya saya panjangnya 12 cm besarnya 2,5 inch.”
Mendengar obrolan suamiku dan Pak Jono aku berkata dalam hatiku.
“Wuh…
besar dan panjang sekali punya Pak Jono, pantesan tonjolannya panjang
dan besar dan itu belum bangun. Apalagi kalau barangnya sudah bangun.”
Aku jadi berkhayal, kalau seandainya…. Wah, nikmat sekali…
Setelah mereka selesai aku pura-pura tidur. Kemudian suamiku membangunkan aku.
“Bagaimana, Mas? Cocok enggak pijetan Pak Jono?” tanyaku setelah Pak Jono pulang.
“Wah
bagus sekali, lebih bagus daripada langganan saya. Sekarang saya mau
langganan sama Pak Jono saja. Saya sudah bilang kalau saya mau pijet
tiap malam minggu.”
“Kalau kamu mau juga, boleh coba malam minggu depan. Pijetannya bagus kok. Badanku rasanya enteng dan enak sekali,” kata suamiku
“Aku mau, tapi malu mas, nanti ia cerita di sekolahan.”
“Ya enggak sih, nanti kita bilangin jangan cerita-cerita pada orang lain.”
Keesokan harinya saya ketemu Pak Jono. Sambil tersenyum, ia langsung bertanya padaku.
“Bagaimana Bu? Cocok enggak Bapak dengan pijetan saya?” tanya Pak Jono padaku.
“Cocok sekali… Malam minggu depan bapak disuruh suamiku pijet lagi. Bahkan suamiku mau langganan.”
“Ya.. Bapak sudah bilang sama saya.”
Setelah
suamiku menawarkan untuk diurut oleh Pak Jono, hatiku tidak karuan,
membayangkan bermacam-macam, bercampur takut dan ingin merasakan
sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan kepuasan dengan suami.
Selain punya suamiku lemes, barang kecil dan pendek dan tidak tahan
lama.
Hampir-hampir
setiap malam aku membayangkan penis punya Pak Jono. Aku berkata dalam
hati, barang Pak Jono pasti kehitam-hitaman, besar dan panjang. Biasanya
orang yang agak hitam itu kuat, mana badannya tinggi, besar dan kekar.
Pokoknya sangat jantan. Kayak apa kalau badan yang besar itu menindiku
dan memelukku keras-keras, sementara badanku langsing seperti ini, dan
tinggiku hanya 155 cm. Apa kuat aku ditindih badan raksasa itu. Apa bisa
masuk barang sebesar itu ke lobangku yang kecil ini. Apa tidak mentok
kesakitan bila barang yang keras dan panjang ditekan ke lobangku dengan
tenaga yang raksasa. Pokoknya aku membayangkan antara takut dan ingin
merasakan.
Kata teman-temanku barang gede dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut ke ubun-ubun.
Malam
ini malam minggu, Pak Jono akan datang. Hatiku berdebar-debar. Jam
menunjukkan 21.30. Tak lama kemudian Pak Jono datang. Suami
mempersilahkan masuk, dan bilang padanya bahwa aku mau juga dipijet
malam ini, dan suamiku minta tidak bercerita macam-macam ke orang lain.
Pak Jono menjawab, “Ya, tidak dong, Pak.”
Suamiku mulai diurut. Kurang lebih jam 23.00 suamiku selesai diurut.
Sekarang giliran aku yang akan diurut. Aku pakai kain sarung. Suamiku tiduran di sofa di ruang tamu sambil nonton TV.
Aku
mulai tengkurep, hatiku dag-dig-dug. Pak Jono mulai menyingkap kain
sarungku di bagian betis dan memegang betisku sambil mengurut
pelan-pelan, aku merinding merasakan urutan Pak Jono, karena sebelumnya
aku membayangkan sesuatu yang nikmat.
Kini
Pak Jono membisu seribu bahasa tidak seperti biasanya suka bercanda dan
berhumor, mungkin menikmati pandangan terhadap betisku yang mulus.
Maklum ia menduda 4 bulan. Semakin merinding dan berdebar-debar hatiku
ketika Pak Jono meletakkan kakiku ke pahanya. Sambil mengurut ia maju
sedikit-sedikit sehingga kakiku menyentuh ke bagian selangkangannya
sehingga terasa kakiku menyentuh benjolan yang mulai mengeras.
Dengan suara pelan dan terpatah-patah Pak Jono bertanya.
“Paha ibu mau diurut?”
“Ya pak, memang di bagian itu agak terasa nyilu-nyilu. Pelan ya, Pak,” aku pun menjawab dengan suara pelan.
Pak
Jono mulai menyingkap pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit
pinggulku. Ketika Pak Jono mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku
merintih dengan suara pelan-pelan takut kedengaran suamiku. Pak Jono
pun terasa meningkat rangsangannya terasa dari sentuhan tangannya yang
kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas pahaku apalagi ketika
sampai di selangkanganku.
Semakin
timbul sensasi yang luar biasa ketika Pak Jono membuka kain sarungku di
bagian atas pinggulku dan memelorotin cdku sedikit ke bawah. Kini ia
mulai mengurut sambil meremas-remas pinggulku, dan rangsanganku semakin
tinggi, aku merintih dengan suara pelan. Dan Pak Jono tahu kalau
merangsang, aku juga tahu kalau Pak jono juga merangsang.
Aku
berkata dalam hatiku: sebelum aku diurut dalam posisi terlentang, aku
akan pamit sama Pak Jono untuk buang air kecil sambil aku ingin melihat
apakah suami sudak tertidur atau belum.
Ketika Pak Jono menyuruhku terlentang, aku berkata kepadanya: “Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil.”
Ketika keluar kamar aku lihat suamiku tertidur pulas mungkin karena lelah seharian dan habis diurut.
Di
kamar mandi aku berkata dalam hati. Kalau nanti sarungku disingkap
sampai ke selangkanganku dalam posisi terlentang, pasti Pak Jono akan
melihat bulu jembutku. Ia akan semakin merangsang. Aku menginginkannya
meraba vaginaku dan memasukkan jarinya ke lobang vaginaku.
Setelah masuk ke kamar, aku bilang bahwa suamiku tertidur lelap. Ketika mendengar kataku Pak Jono semakin bersemangat.
Kini
aku terlentang di hadapan Pak Jono. Dan Pak Jono tidak was-was lagi ia
membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata sambil
menggigit bibirku.
Kini
Pak Jono tidak memijat lagi tetapi ia mengelus-elus dan meremas-rema
pahaku dengan gemesnya. Kini ia melihat bulu jembutku dan mengelus-elus
bibir vaginaku, dan semakin tidak tahan rasanya aku ingin memegang
barangnya Pak Jono sambil penasaran tapi malu. Pak Jono semakin berani
menusukkan jarinya ke lobang vaginaku yang sudah membasah dengan ledir.
Aku
mulai memberanikan diri meraba selangkangan Pak Jono. Dan Pak Jono
membuka resleting celananya. Sambil aku melirik ke selangkangannya, Pak
Jono mengeluarkan rudalnya. Aku terkejut astaga besar dan panjang
sekali. Warnanya kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya mengeras, dan
kepala rudal jauh lebih besar lagi dari batangnya. Aku menggenggamnya
tapi genggamanku tidak muat saking besar.
Sambil
mengelus-elusnya, aku bayangkan kalau rudal yang kepalanya sangat besar
ini dimasukkan ke lobangku. Apakah tidak robek lobang vaginaku dan
jebol lobang rahimku. Sensasiku semakin meningkat. Perasaanku bercampur
ingin menikmati dan takut robek dan jebol.
Pak
Jono kini semakin ganas mengocok lobang vaginaku dengan jarinya, dan
aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi tapi takut kalau suami bangun
kalau mendengar jeritanku. Sambil mengocok Pak Jono menciumi pipiku.
Pelan-pelan ia lalu mengecup bibirku, semakin lama ia semakin ganas
mencipoki, aku pun terangsang berat.
Kemudian
ia memelukku dan menindihku sambil berusaha menyingkap sela-sela
samping CD-ku untuk memasukkan rudalnya, tapi tidak berhasil masuk.
Kemudian ia menekan lagi.
“Aduh…” jeritku sambil menggigit bibirku tidak tahan.
Tekanan
kedua kalinya ini tidak berhasil memasukkan rudalnya ke lobang
vaginaku. Kemudian ia menekan lagi dengan tenaga yang super keras dan
hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku mengegok. Pak Jono dan aku
pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke seluruh tubuh. Dan aku
mengakhiri pijetan.
Kemudian
aku membangunkan suamiku. Pak Jono pun pamit pulang karena memang sudah
larut malam. Kemudian aku mengajak suami masuk kamar, aku sudah tidak
tahan. Barang suami juga mengeras tidak seperti biasanya. Kini aku
menyalurkan rangsanganku dengan suami sambil membayangkan disetubuhi Pak
Jono. Malam itu aku benar-benar merasakan puncak orgasme yang luar
biasa tidak seperti biasanya, juga suamiku.
“Ma…
Malam ini tidak seperti biasanya. Urutan Pak Jono memang luar biasa
membuat kita benar-benar mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa.
Kita minggu depan urut lagi ya, Ma…” kata suamiku.
Hari-hari
aku hidup dalam bayangan: Kalau malam minggu depan suamiku tidak ada di
rumah, aku akan menyiapkan minyak pelumas agar dioleskan ke lobang
vaginaku. Aku membayangkan barang Pak Jono yang besar dimasukkan sambil
melelukku, menyepokiku dan menggenjotku. Membayangkannya saja sangat
nikmat apalagi benar-benar dimasukkan. Sambil rasa khawatir kalau
lobangku nanti robek dan lobang rahimku jebol.
Kini
malam minggu datang, hatiku berdebar-debar membayangkan sesuatu yang
besar dan panjang, membayangkan lobang vaginaku membengkak lebar, dan
lobang rahim diterobos barang besar. Pak Jono datang memakan pakaian
yang serasi nampak sangat gagah dan manis. Ketika suami ngobrol dengan
Pak Jono telpon berdering. Ternyata teman suamiku mengajak ke luar kota
untuk mengurus bisnisnya.
“Ya nanti setelah dipijet,” jawab suamiku.
Malam ini aku semakin yakin bahwa aku akan disetubuhi dengan Pak Jono.
“Ma… saya nanti setelah diurut akan pergi ke luar kota,” kata suamiku padaku.
“Jadi, saya tidak usah dipijat, habis tidak ada Mas.”
“Tidak apa-apa pijet saja, Pak Jono orangnya baik, aku sudah percaya kok.”
Mendengar
pernyataan suamiku, hatiku girang karena sebentar lagi pasti aku
disetubuhi oleh Pak Jono yang berhari-hari aku membayangkannya.
Setelah
suamiku selesai diurut ia mandi. Dan Aku bilang pada Pak Jono, “Tunggu
dulu ya pak, minum-minum dulu kopinya. Aku mau menyiapkan pakaian bapak
untuk ke luar kota.”
Setelah suamiku menyiapkan semua yang akan dibawa ke luar kota, ia pamit ke Pak Jono. Aku mengantarkan sampai pintu gerbang.
Begitu
Bapak berangkat hujan turun rintik-ritik. Aku masuk ke ruang tamu dan
bilang sama Pak Jono, “Tunggu dulu ya pak, aku pakaian dulu.”
Aku memakai sarung dan kaos… dan sengaja aku tidak memakai BH dan celana dalam.
Begitu
aku keluar, sorotan mata Pak Jono menatap payudaraku, aku tersenyum.
Aku duduk di kursi sebentar. Aku bayangkan bahwa Pak jono duda selama 4
bulan, berarti ia tidak berhubungan selama 4 bulan. Aku yakin ia tidak
jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam ini aku akan digenjot
berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin sekali berhubungan badan
sepuas-puasnya.
Sekarang
aku memilih kamar untuk urut di bagian belakang, agar jeritanku yang
keras nanti tidak terdengar oleh siapapun. Aku mengajak Pak Jono ke
kamar belakang, dan hujan turun cukup deras sehingga cuaca dingin
mengantarkan impianku, dan tidak akan terdengar suara apa pun kecuali
jeritanku, bunyi cipokan yang mengganas, dan bunyi lobang vaginaku yang
digenjot oleh kepala rudal besar dan tenaga yang super keras.
Kini
aku beduaan yang sama mengharapkan kepuasan seksual dengan
sepuas-puasnya. Pak Jono membuka kain sarungku dan tinggal kaos yang
menutupi payudaraku. Ia meremas-remas pahaku. Aku
mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Jono membuka celananya. Rudalnya
tegang, membesar dan memanjang. Uratnya mengeras dan kepala rudalnya
membesar sekali. Ia menciumi pahaku terus ke bibir vaginaku. Aku sudah
tidak tahan karena mulai tadi sudah merangsang karena membayangkan
kenikmatan yang sebentar lagi akan aku rasakan.
Ia
membuka bajunya dan kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat. Hujan
turun makin lebat, jam menunjukkan 23.00. Ia meremas-remas tetekku
sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku.
“Pak, masukkan… aku sudah tidak tahan.”
“Aku
juga tidak tahan, aku sudah 4 bulan tidak pernah berhubungan badan, aku
ingin malam ini benar-benar puas, mungkin aku main sampai pagi,” timpal
Pak Jono.
“Aku
juga pak… Aku serahkan semua tubuhku pada Pak Jono. Tapi, oleskan
minyak pelumas yang kusiapkan ini ke lobang vaginaku dan ke rudal Bapak
agar aku tidak merasakan sakit.”
Aku siapkan parfum dan minyak pelumas yang harum.
“Bu… lobang Ibu kecil sekali,” katanya begitu ia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya.
Kini
Pak Jono mengangkangkan pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan ia menindihiku.
Aduh rasanya berat sekali. Ia arahkan rudal besar dan panjang itu
lobang vaginaku. Ia menekan, tapi tak berhasil masuk. Kedua kalinya ia
menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk, aku menjerit kesakitan.
“Pertama
rasanya agak sakit, karena lobang ibu kecil sekali, dan barang saya
besar sekali, jauh tidak ngimbang,” katanya merayuku.
Ketiga
kalinya ia mengolesi lobangku dengan minyak pelumas banyak sekali
sampai meleleh ke lobang anusku, ia campur air ludahnya. Ia mengolesi
juga rudalnya dicampur dengan ludahnya, kemudian ia menekan rudal besar,
panjang, hitam dan keras sekali. Ia menekannya dengan tenaga yang super
keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu, dan aku pun menjerit
kesakitan.
Ia terdiam, menahan sejenak, sambil menindihiku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku.
“Ditahan sakit dahulu ya, nanti Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.”
Aku mengangguk.
“Tahan ya, Bu, aku akan tekan lagi agar masuk semua,” bisiknya lagi.
Ia menekannya dengan tenaga yang keras, aku tidak tahan.
“Aduh.. sakit, Pak,” Jeritku tertahan sambil menggigit bibir.
Akhirnya
barang itu trot… bleees… masuk semua. Rasanya rudal itu masuk menembus
ke lobang rahimku. Kini beralih dari rasa sakit ke rasa nikmat yang luar
biasa.
“Pak .. rasanya nikmat sekali.”
Semakin
ganaslah Pak Jono menggenjotnya. Nyaring sekali bunyi lobang vaginaku
akibat genjotan yang luar biasa. Nikmatnya luar biasa terasa sampai ke
ubun-ubun, aku menggigil, meraung-raung kenikmatan.
“Aah… uuuh… uuh… aku… aku… mau mencapai puncak, Pak…”
Pak
Jono menekan keras-keras. Aku pun mencapai puncak kenikmatan yang luar
biasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Pak Jono sangat kuat dan
bertahan lama, ia belum mencapai orgasme. Aku sudah lemas, tapi karena
Pak Jono meremas-remas kembali tetekku dan menjelati vaginaku, aku mulai
merangsang lagi.
Pak
Jono menyuruhku nungging. Ia menusukkan kembali rudalnya dan
mengocoknya dan menggenjot dari belakang, bunyinya semakin keras,
ceprok… ceprok.. ceprok… sambil ia mengelus-ngelus lobang anusku. Ia
ngambil minyak pelumas dan dioleskan ke lobang anusku, jarinya
ditusukkan ke lobang anusku.
“Aduh… Pak!” jeritku.
Tapi
ia pintar sekali menciptakan rangsangan baru. Ia kocok lobang anusku
pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama aku merasakan nikmat.
“Enak.. Pak… Nikmat… Pak.”
Akhirnya
Pak Jono menambahi minyak pelumas ke lobang anusku, dan mencabut
rudalnya dari vaginaku, ia oles-oleskan kepala rudalnya ke pintu anusku.
“Hangat rasanya, nikmat Pak, nikmat Pak.”
Kemudian
menusukkan tepat ke lobang anusku dan menekannya. Akhirnya barang besar
itu masuk juga. Cepret… prot… ia tekan pelan-pelan hingga separuh penis
itu. Ia mendorongku agar aku tengkurep. Begitu tengkurep ia menindihku,
menekankan lagi sisa separuhnya. Aduh nikmat sekali rasanya di anus.
Sampai terasa ada cairan muncrat dari dalam lobang anusku. Ia terus
mengocok dan menggejot semakin cepat, aku merasakan nikmat sambil
menahan genjotan. Prot… prot… druuuuut. Semakin ganas ia menggenjot
sampai aku terkentut-kentut dibuatnya. Akhirnya Pak Jono mencapai
puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku.
Malam itu aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Jono sampai 4 kali hingga pagi.
Pak
Jono guru olah raga yang humoris. Setelah kejadian yang pertama itu aku
masih sering ke sekolahan tapi aku sering menghindar untuk ketemu Pak
Jono karena malu dengan kejadian yang kualami itu, kecuali banyak
teman-teman.
Pada
suatu ketika aku duduk berjauhan dari tempat olah raga, tapi aku
melihat Pak Jono memperhatikan aku dari kejauhan, dan waktu itu
kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak Jono memandangi aku,
aduh .. aku rasanya malu, kemudian ia duduk di sebelahku dan bertanya.
“Bagaimana, Bu… Masih terasa sakit dan nyelunya. Maafin aku ya, Bu..”
“Enggak
kok udah enggak… Memang sehabis berhubungan badan dengan Pak Jono itu
terasa lobang vaginaku terganjal oleh sesuatu sampai dua hari,” jawabku
sambil tersenyum malu.
Pernah suatu malam aku diajak nonton film BF oleh suami, aku pura-pura menolaknya, tapi suamiku memaksa dengan merayuku.
“Bagus kok filmnya dan agar kita nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu antara orang hitam dan wanita Jepang.”
Ketika melihat kemaluan orang hitam aku terbayang barang Pak Jono.
“Pa..
besar dan panjang sekali anunya… sampai perempuannya menggeliat-geliat,
menggigit bibir, dan ngerinti-rintih, sakit kali ya, Pa ..” bisikku
pada suamiku.
“Tidak justeru itu ia merasakan puncak kenikmatan.”
“Kalau punya Papa… seperti itu asyik ya, Ma ..” bisik suamiku.
“Ah, mana mungkin. Papa kan orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar.”
Suamiku berbisik lagi sambil meraba barangku: “Mungkin punya Pak Jono seperti itu ya, Ma..”
“Enggak tahu ya, Pa.. Kok Papa bilang begitu?” jawabku dengan perasaan terangsang.
“Ya soalnya dia pernah cerita pada saya.”
“Apa ceritanya, Pa ..?”
“Dia
kalau berhubungan badan dengan isterinya, sebelum ia cerai, isterinya
sampai sambat-sambat. Padahal isterinya juga tinggi besar, bagaimana
kalau isterinya kecil seperti kamu?”
“Papa… kok isterinya Pak Jono dibandingin ke Mama..” sambil kuremas barangnya dengan gemes.
“Orang hitam itu kuat dan ganas mainnya, lihat tu Ma..”
“Papa…” aku jadi merangsang suamiku.
Kemudian filmnya dihentikan kami main dengan sangat hot sekali, tapi tidak se-hot waktu main dengan Pak Jono.
Besok
harinya aku semakin ingin dipijet lagi oleh Pak jono. Aku terbayang
terus, setelah nonton adegan orang hitam dengan perempuan Jepang di film
itu. Malam minggu kurang tiga hari. Pikiranku membayangkan apa yang
akan terjadi pada malam minggu nanti setelah aku dipijet oleh Pak Jono.
Aku
masih terbayang ketika barang Pak Jono yang besar, panjang dan keras
itu mulai memasuki pintu kemaluanku. Aku rasanya mau menjerit karena
bercampur antara sangat nyilu dan nikmat dan hangat. Aku masih terbayang
waktu ia mengecup bibirku dengan gemes sambil mengayunkan barangnya ke
lobang kenikmatanku dengan diiringi bunyi ceplak.. ceplok.. srook… Belum
hilang dari bayanganku barang yang kepala lebih dari batang bagian
tengah dan pangkalnya itu ketika dicabut dari lobang vaginaku berbunyi
trooot.. ceplok… Apalagi waktu barangnya dimasukkan lobang anusku yang
awalnya terasa sakit lalu dengan pandainya permainan Pak Jono rasa sakit
itu rasa nikmat yang sulit kubayangkan.
Kini
tibalah malam minggu, malam yang kunanti-nantikan. Suamiku, sebagaimana
biasanya, mempersilakan Pak Jono masuk. Sebelum memulai memijet, Pak
Jono ngobrol dulu dengan suamiku. Sementara itu aku membuatkan kopi
untuk mereka berdua.
Tak lama kemudian suamiku mulai diurut. Sedang enak-enaknya diurut, tiba-tiba ada telpon dari Bosnya. Aku pun memanggil suamiku.
Setelah
berbicara di telepon beberapa lama dengan bosnya, ia berkata padaku
bahwa ia diajak ke luar kota untuk urusan bisnis. Lalu ia memberiku uang
agar diberikan ke Pak Jono nanti setelah aku selesai diurut.
Dalam
hati sebetulnya aku merasa sangat terangsang. Pikiranku membayangkan
bahwa aku dan Pak Jono sebentar lagi akan melakukan sesuatu yang
kenikmatannya sulit aku bayangkan.
Setelah
selesai diurut, suamiku mandi, sementara aku mempersiapkan pakaian
untuknya. Aku mengantarkan suamiku sampai di pintu melepas
keberangkatannya. Setelah itu aku menutup dan mengunci pintu.
“Sebentar ya Pak, teruskan dulu minum kopinya, aku mau ganti baju,” kataku pada Pak Jono.
Aku
memakai sarung dan kaos yang tipis, tanpa memakai CD dan BH, karena aku
membayangkan sebentar lagi aku akan melakukan hubungan badan yang luar
biasa.
“Gaya
apa saja malam ini yang akan dilakukan oleh Pak Jono terhadapku?”
tanyaku dalam hati sambil berganti pakaian. Kusemprotkan parfum yang
istimewa ke tubuhku.
Aku
keluar dari kamar utamaku kemudian duduk dulu di ruang tamu bersama Pak
Jono. Pak Jono tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dengan memberi
isyarat yang ia pahami maksudnya.
Kemudian
Pak Jono mengajakku ke kamar tempat urut biasanya. Sepertinya Pak Jono
sudah tidak sabar lagi. Aku mulai tengkurep. Pak Jono tidak mengurutku
seperti biasanya karena nafsunya yang sudah sangat menggelora.
Ia
menyingkap sarungku sampai ke panggulku. Ia mengelus-elus pahaku dan
meremas-remas pinggulku. Ia ciumi pahaku dan pinggulku. Aku kini sudah
tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu birahi.
“Pak
.. malam ini aku ingin benar-benar puas, seperti puasnya perempuan
Jepang yang digauli oleh orang hitam di dalam film BF,” rintihku.
Pak Jono dengan nafsu yang menyala-nyala dan ganas bertanya kepadaku.
“Ibu nonton film BF? Bagaimana ceritanya?”
“Laki-lakinya
seperti Pak Jono, barangnya sangat besar dan panjang. Ia dengan
ganasnya mengocok perempuan Jepang sampai berkali-kali. Ia
merintih-rintih, lalu ia tergeletak lemas dengan memperoleh kepuasan
yang luar biasa. Pak Jono.. Aku juga malam ini ingin seperti perempuan
Jepang itu.”
Kemudian
Pak Jono membalikkan tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak Jono dengan
mudah membuka sarung. Memang aku sebelumnya tidak memakai CD. Ia
mengangkangkan kedua kakikuku, lalu ia menciumi kemaluanku sambil
meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku. Kini aku tak kuasa lagi
menahan nafsuku, rasanya ingin meledak.
Pak
Jono membuka baju kaosnya dan celana dan CD-nya. Barang Pak Jono luar
biasa tegak dan keras, besar dan panjang. Kemudian ia membuka kaosku.
Kini kami berdua telanjang bulat dengan sinar yang cukup terang.
Sehingga nampak jelas urat-urat kemaluan Pak Jono yang siap menerjang
lobang kemaluanku.
Pak
Jono merebahkan tubuhnya kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup
bibirku sambil menggigit-gigitnya, sementara penisnya dijepitkan ke
antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal kedua pahaku sambil
barangnya bergerak-gerak. Kini Pak Jono sudah tidak sabar lagi, akupun
juga. Pak Jono menindihku.
“Aduh… Pak… berat sekali badan Bapak,” kataku terengah-engah di bawah himpitan tubuhnya.
Pak Jono mengangkangkan pahaku seperti V. Ia meludahi lobangku dan barangnya agar licin dimasukkannya.
Begitu
banyak Pak Jono meludahi lobangku sampai meleleh ke pintu lobang
anusku. Pak Jono mengarahkan barangnya yang sangat besar, panjang dan
keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi montok. Ia menekannya tapi
pertama dan kedua kali tidak berhasil Masuk.
“Aduh.. Pak.. Pelan-pelan, Pak,” jeritku.
“Katanya ingin puas ngerasain keganasan barangku?” Pak Jono berbisik dengan suara terengah-engah.
“Nanti, Pak.. kalau sudah masuk semua. Sekarang pelan-pelan dulu.”
Ketika
ia menekan kembali, akhirnya penisnya berhasil menerobos lobang
kenikmatanku. Croook… Trooot… Bleees… Kemudian ia menindihiku. Kini
tubuh tinggi, besar dan kekar itu menindihi diriku yang kecil mungil. Ia
mulai menggenjotku. Mula-mula ia mengayunkan pinggulnya pelan-pelan.
Makin lama makin keras dan ganas, sambil menekan. Ketika ia dengan
ganasnya menekan penisnya sampai rasanya nyelu dan ngenyut, sambil
memelukku dengan gemes dan ganas.
“Aduh.. Pak!” aku berteriak kecil.
Ia
terus menggenjotku dengan tenaga yang kuat dan kerasa sampai aku
terkentut karena menahan genjotannya. Memang nikmat sekali, nikmat yang
luar biasa. Kemudian aku menggelinjang sambil merintih dan menjerit.
Sroot… Aku memcapai puncak kenikmatan. Dan Pak Jono kuat sekali, ia
belum juga orgasme.
“Udah dulu, Pak…” kataku dengan suaraku terengah-engah.
“Ibu tengkurep. Aku ingin masuk ke lobang belakang. Aku akan keluarkan spermaku di lobang belakangmu,” bisiknya padaku.
Aku
mulai tengkurep, dan Pak Jono mulai menindihku. Ia meludahi lobang
anusku sambil menusukkan jarinya. Aduh rasanya… Kemudian ia menusukkan
rudalnya ke lobang anusku. Setelah empat kali tekan baru bisa masuk. Ia
menggenjot dengan ganasnya. Makin lama makin keras kocokan dan
genjotannya, lalu muncratlah air hangat ke dalam lobang anusku. Aduh…
nikmat lagi walaupun baru saja aku mencapai orgasme.